Minggu, 07 Agustus 2016

Me and You Versus Jogja


Senja belum menampakkan cahaya indahnya. Tumben. Padahal hari sudah sore tapi ia tak kunjung muncul pula. Rasanya ingin sekali menggapaimu tapi, apakah kamu bisa digapai? Sama seperti cita – citaku. Apakah aku mampu menggapaimu? Malam pun tiba. Senja kembali berdusta kepada penikmatnya, aku. Berapa kali kamu kutunggu tapi tak muncul – muncul? Aku rindu. Karena senja, memberikanku ketenangan jiwa. Siapa lagi yang dapat menggantikanmu sebagai penenang jiwaku? Andai kata ada penenang sepertimu pasti akan kukejar kemanapun berada. Aku serius.
Setiap kali senja tak muncul, aku sering curhat kepada secarik kertas yang sebelumnya sudah kurunyam – runyam. Agar terlihat menarik. Hanya dia yang mampu menampung segala kerusuhan dalam jiwaku setiap kali senja berdusta padaku. Baguslah dia rela menampung omelanku terhadap senja. Aku hanya curhat kepada senja dan secarik kertas ketika ayahku memarahiku. Karena hanya merekalah yang sependapat denganku. Ibuku meninggal ketika aku baru berusia 3 tahun. Ayahku pernah bercerita sedikit tentang ibuku. Kata ayah, waktu itu ibuku adalah wanita terhebat di dunia. Dia tak pernah mengeluh sedikitpun tentang kanker yang ia derita. Setiap pergantian waktu, ibuku selalu beribadah kepada tuhannya Allah SWT. Ibuku seorang muslim yang taat beribadah. Jika waktu sholat telah tiba, ibuku selalu beribadah di awal waktu kecuali ketika ia sedang berhalangan. Sementara ayahku adalah umat kristiani yang taat beribadat pula. Setiap minggu dia selalu pergi ke gereja untuk berdoa. Hingga ajal menjemput, ibuku pulang menuju surga dengan wajah berseri – seri. Raut wajah indahnya memancarkan cahaya bak cahaya rembulan menerangi malam hari.
Oke cukup bapernya, oiya perkenalkan namaku indah. Menjadi cewek sebenernya sih bukan keinginanku. Melainkan sebuah skenario Tuhan yang amat indah dimataku. Meski menjadi cewek itu identik dengan lemah, namun itu tidak berlaku buatku. Karate, taekwondo, pencak silat sudah cukup untuk membela diri sendiri. Aku mendapatkan piala pertamaku ketika aku mengikuti sebuah turnamen kejuaraan antar SMA. Semua lawan kutaklukkan dengan mudah tanpa kesulitan sedikitpun. Meski begitu, aku tetap wanita lemah lembut kok. Ini serius. Menurutku sekolah itu membosankan. Bagaimana tidak? Pelajarannya hanya itu itu saja. Hingga pernah suatu ketika ayahku memarahiku karena aku tidak berangkat kesekolah selama seminggu tanpa keterangan. Mungkin lebih dari seminggu. Sehingga terpaksa sekolah men-skor-ku dan itu membuatku bahagia. Haha ketawa jahat. Sekarang aku kuliah disalah satu Universitas swasta di Jakarta. Hingar bingar malam kota metropolitan tak luput dari kehidupan bebasku. Aku bisa pulang larut malam sesukaku, pergi clubbing dengan kawan – kawanku,shopping, dan tak pernah lagi ke gereja untuk berdoa tanpa dimarahi oleh ayah karena aku memutuskan untuk kost jauh dari rumah. Meski ayah keberatan dengan hal itu, tapi akhirnya ayah menyetujuinya dengan syarat aku harus mengunjunginya setiap bulan. Di Jakarta, kehidupan malam adalah hal yang biasa kutemui. Minum – minum adalah salah satu kegiatan favoritku dengan kawan kawan. Mungkin ini yang disebut dengan istilah salah pergaulan. Hingga suatu malam, temanku rista mengajakku menuju sebuah kedai kecil di pinggir jalan. Tempat kumuh dan kotor.
Aku sempat menolak, namun akhirnya aku luluh karena yang jual ternyata lumayan tampan, hehe. Memang si rista tau aja kalau aku akan mau ke kedai pinggir jalan jika yang berjualannya kinclong. Rista itu sahabatku yang paling berbeda dengan sahabatku lainnya. Dia pribadi yang santun dan juga seorang muslim yang taat beribadah. Setiap hari aku selalu melihatnya menuju masjid di lingkungan kampus kecuali jika dia sedang berhalangan.
Dia juga seorang hijabers. Aku juga mulai menyukai berhijab ketika mengenalnya. Meski diriku bukan seorang muslim, tapi ketika melihatnya menggunakan hijab rasanya diriku juga ingin sepertinya.
"Mau pesen kopi apa mbak?" suara asing itu membuyarkan lamunanku. Ternyata mas ganteng yang jualan tadi, hehe. Aku sempat kebingungan ketika masnya bertanya. Namun rista seketika memesankanku sebuah kopi. Jujur, aku tidak tau apa – apa tentang kopi.Apalagi rista memesankan kopi yang asing di telingaku. Setahuku kopi itu rasanya pahit dan berwarna hitam. Dan ini mengingatkanku dulu ketika aku menginjak umur 10 tahun. Ketika itu, ayah kedatangan seorang tamu yang katanya tamu ini spesial. Datang dari Aceh, wow. Dia membawakan ayah sebuah kopi asli dari Aceh, Toraja. Baunya kuat sekali dan itu membuatku penasaran. Setelah ayah meminumnya dan tamu itu pulang, aku membawakan cangkir – cangkir bekas ayah dan tamunya minum. Ternyata cangkir ayah masih menyisakan sedikit kopi. "Kental sekali" batinku. Jariku mulai menggapai dalam cangkir itu dan mulai mencoleknya sedikit. Teksturnya padat dan kupikir kopi berupa cairan. Langsung saja aku masukkan jariku yang penuh dengan kopi ke mulutku. "Pahit !" Seketika kumuntahkan kembali kopi itu beserta isi dalam perutku yang isinya makanan sarapanku tadi pagi. Ayah seketika tergesa – gesa menuju dapur ketika mendengar suara gelas pecah dari dapur dan mendapatiku muntah di dapur. Bukannya marah, ayah malah menertawakanku karena yang kumakan bukanlah kopi melainkan ampas kopi. Semenjak kejadian itu, aku tak lagi meminum bahkan menyentuh yang namanya kopi hingga saat ini.
"Silakan mbak kopinya" ucap mas tampan.
"Ayo di minum" rista melanjutkan. Aku terperangah dengan kopi di depanku. Barang yang tak pernah kusentuh lagi semenjak 10 tahun yang lalu, kini ada di hadapanku. Kulihat rista sudah menikmati kopinya dengan syahdu. Sebelumnya dia menghirup aromanya terlebih dahulu. Menikmati setiap aroma yang ada di dalam secangkir kopi yang mas ganteng buat. "Apa sih enaknya ngopi" batinku. Perlahan kusentuh cangkir berwana krem polos itu dengan hati – hati. Kumulai menyeruputnya dengan ragu – ragu. What ! kopi macam apa ini?. Ragu dalam batinku berkecamuk. Rasa unik dari dalam cangkir ini memberiku ketenangan jiwa yang lebih daripada senja di sore hari atau secarik kertas yang runyam. Jiwaku dibawa melayang oleh rasa kopi yang belum pernah ku rasa sebelumnya dan langsung kunamai kopi ini
"Cinta pertama dirasa yang pertama"


"Santai dong minum kopinya, dinikmatin" ucap rista.
Aku hanya tersenyum ketika rista menyarankanku meminumnya dengan kesenangan dalam kopi gila ini. Kita bercerita banyak tentang kopi. All about coffee hingga larut malam. Bercerita mulai dari sejarah hingga bagaimana rista bisa mengenal tentang kopi. Semua yang diceritakan rista belum membuatku puas dengan pertanyaan dalam batinku. Kamu ini apa sih, kopi?
Semenjak aku kenal dengan yang namanya kopi. Semua kegiatan negatifku hilang dalam sekejap. Setiap malam, clubbing dan shopping yang menjadi ritual wajibku, kutinggalkan dengan menggantinya dengan ngopi dimalam hari. Semua kegiatanku harus atau mungkin wajib didampingi dengan secangkir kopi. Apapun itu. Buat skripsi, nongkrong bareng, hingga pulang kerumah pun ayah hanya bisa  geleng – geleng kepala dengan kegilaanku pada kopi. Namun ada suatu hal dari cerita rista yang membuatku terkesima. Dibalik rasa kopi yang nikmat, terselubung manusia yang menciptakannya, Barista.Siapa dia? Kegilaanku pada kopi membuat ayahku khawatir akan kesehatanku. Meski tak sebahaya alkohol, namun kebanyakan minum kopi membuat ayahku berpikir dua kali tentang anaknya yang tergila – gila pada kopi dan puncaknya terjadi ketika aku meminta izin kepada ayah untuk menimba ilmu tentang kopi.
"Ga bisa ! kamu harus tetep kuliah. Ayah ga setuju kamu ikut les ga bermutu gitu sama temanmu" bentak ayah.
"Tapi yah, aku tetep kuliah kok. Kan cuma les kopi aja" pintaku.
Ayah tidak menggubris ucapanku. Dia hanya terdiam tanpa menatap wajahku. Meja makan yang menjadi tempat kita saling bertukar cerita, kini hening tak bersuara. Aku kecewa dengan keputusan ayah untuk menjauhi rista. Mengapa ayah begitu menentangku pergi menimba ilmu tentang kopi? Apa salah kopi? Semenjak kejadian itu, aku dan ayah jarang sekali menyapa lewat telpon. Kunjunganku setiap bulan dengan ayah kini tak pernah lagi kulakukan. Aku marah sama ayah. Rista yang tadinya membujukku ikut dengannya ke Jogja kini malah menentangku mentah - mentah setelah kuceritakan semua padanya tentang ayah yang menyebalkan. Kini Rista sama menyebalkannya dengan ayah.
Belakangan ini rista dan aku jarang sekali berkomunikasi. Sesekali, rista membujukku untuk meminta maaf dengan ayahku. Tapi hingga saat ini aku masih sebal dengan ayah. Akhirnya aku memutuskan untuk menemui ayah setelah rista memohon kepadaku. Rumahku serasa dingin dari depan. Bel tua depan gerbang kutekan dengan ragu. Suara bel rumah membuatku gugup. Hey ada apa denganku? Ternyata gerbang hitam karatan itu tidak terkunci. Tumben. Ku telusuri jalan setapak menuju depan pintu rumah. Kubuka pintu tua itu dengan perlahan ternyata ayah sudah menantiku di ruang tamu sedari tadi.
"Duduk" pinta ayah dengan nada datar. Wajah ayah dingin seperti ingin mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Aku hanya menuruti perkataan ayah dan langsung duduk dan menaruh tas slempangku di samping sofa.
"Yah, aku kesini ingin minta maaf jika aku membangkang" ucapku lirih. Ayah masih terdiam, seketika wajahnya berubah menjadi sendu dan ucapnya begitu lirih untuk didengar.
"Dulu ibumu adalah wanita yang keras kepala. Sama persis sifatnya sepertimu". Ayah tersenyum tanpa menatapku.
"Namun ayah tetap sabar menanggapinya. Meski ibu keras kepala, tapi ibu sesungguhnya ialah pribadi yang lemah lembut pada ayah. Karena sifatnya itu yang ayah khawatirkan pula pada dirimu. Dia juga berkata pada ayah untuk menjagamu ketika umurmu 2 tahun. Ayah cuma tidak mau kehilangan orang yang ayah sayangi lagi" seketika air mata ayah mengalir di pipinya yang berkerut. Mataku berkaca – kaca ketika mendengar ayah memulai lagi cerita yang menyentuh tentang ibu.
"Maafin indah ya yah" ucapku sendu. Seketika langsung kupeluk tubuh ayah dengan sangat erat. Air mataku pun ikut mengalir hingga membasahi pundak ayah. "Aku sayang ayah".
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya ayah mengizinkanku untuk ikut dengan rista ke Jogja untuk berlibur dan juga untuk belajar banyak tentang kopi. Yeyy Jogja, i'm coming !
Damn ! Jogja panas cuy. Yap disinilah aku dan rista sekarang di kota orang. Orang kuno zaman penjajahan dulu masih kental di kota pelajar ini. Pakaian adat sekitar juga masih terlihat di sejumlah daerah di kota ini. Orang – orang disini juga ramah – ramah. Senyum sapa disini juga begitu manis ketika diterapkan warga sini. Diriku seperti di tarik kembali menuju tahun 90 – an dimana ketika kereta kuda atau yang biasa mereka menyebutnya andong menjadi transportasi wajib warga sekitar ketika ingin menuju kepasar atau sekedar jalan – jalan. Aku pun tak kalah ingin merasakan menaiki andong. Kapan lagi coba bisa naik yang seperti ini. Hehe.
Sampailah aku di tempat tujuanku dan rista. Setelah membayar uang ongkos kepada pak kusir, aku dan rista sudah di tunggu temannya di depan sebuah kedai kopi yang unik. Kedai ini berukuran lumayan besar dengan dua lantai. Di lantai atas sengaja dibuat tanpa atap agar para pengunjung bisa menikmati kopinya sembari melihat pemandangan kota Jogja dimalam hari. Lampu gantung berwarna kuning mempercantik kedai dari ornamen kayu khas Jepara tersebut. Tempat yang nyaman membuatku semakin bersemangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang kopi dari kota ini.
"Kenalkan ini bayu. Bayu, ini indah" ucap rista memperkenalkan kita. Aku tersenyum kepadanya ketika menjabat tangannya. Namun dia juga tak kalah ramah denganku meski ini baru kali pertama kita bertemu. Bayu langsung mengajak kita masuk kekedai yang dia sebut sebagai "Rumah Cerita Sederhana" miliknya itu. Katanya.
Hidup di kota sebesar jogja, tidaklah rumit. Meski harga makanan disini tidaklah jauh dari jakarta, tapi pemandangan di sini jauh dari jakarta yang sumpek oleh lalu lalang kendaraan. Disini kita disuguhkan dengan pemandangan yang mempesona. Sawah membentang dari ujung ke ujung, kerbau yang membajak sawah, dan masih banyak lagi deh pokoknya. Selain itu jogja juga identik dengan makanan gudegnya yang khas.

Keesokan harinya,Bayu mengajakku keliling jogja dengan motor scooter itali miliknya. Setiap cerita yang di bicarakannya selalu menarik untuk disimak. Dia juga bercerita tentang festival – festival unik di jogja. Salah satunya adalah festival melupakan mantan. Menarik untuk dilihat tapi sayangnya festivalnya telah berlalu beberapa minggu yang lalu. Bayu memberhentikanku di salah satu warung makan gudeg khas jogja. Nikmat sekali rasa gudegnya. Unik. Rasanya aku rindu ingin kembali lagi kesini. Padahal, pulang saja belum, haha.
Belum puas keliling meng-explore kota jogja, rista sudah meneleponku untuk segera kembali pulang. Akhirnya kita pun sampai di kedai sederhana bayu. Namun raut wajah rista membuatku khawatir.
Ada apa ris?" tanyaku penasaran.
"Ibu dah, ibu tiba – tiba sakit dirumah. Aku harus balik ke jakarta" jawabnya panik.
”Kok bisa? Yaudah kamu pulang aja duluan aku gapapa kok di tinggal disini" ujarku mencoba menenangkannya. Akhirnya rista pun balik duluan ke jakarta setelah berpamitan dengan bayu dan aku.
Hari – hari berlalu. aku mulai belajar beberapa jenis kopi dari bayu. Mulai dari espresso, coffee arabica, kopi luwak hingga kopi toraja yang membuatku tersenyum - senyum ketika membuatnya. Salah satu kopi favoritku adalah kopi kintamani. Kopi bali ini merupakan kopi arabika yang lembut dan manis atau yang biasa aku sebut dengan "cinta pertama dirasa yang pertama". Ternyata selera bayu pun sama denganku. Hampir setiap malam ketika kedai akan ditutup, selalu kita selingi dengan canda tawa dan ngobrol bareng tentang apapun yang menarik tentunya ditemani dengan secangkir kopi kintamani. Tempat yang biasa kita pakai untuk saling sharing ialah di lantai dua. Selain sejuk, tempat itu juga bisa memberikan pemandangan indah kota jogja dimalam hari yang tak pernah membosankan untuk dilihat.

Tidak terasa sebulan telah berlalu dengan sangat cepat. Liburanku telah berakhir dan ini adalah saatnya aku untuk berpamitan dan berterima kasih kepada bayu yang telah mengajarkanku tentang kopi dan juga menjadi barista junior di kedainya. Ini adalah pengalaman yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Bayu yang tak tega denganku, akhirnya memutuskan untuk mengantarku dengan scooter kesayangannya menuju stasiun Tugu. Sesampainya disana, kulihat stasiun tugu penuh dengan manusia yang akan pergi keluar kota atau baru kembali dari kota orang. Bayu menatapku dengan raut wajah sedih ketika kita akan berpisah namun ia sembunyikan dengan segaris senyum di bibirnya.
"Hati hati ya dijalan, kamu tau kan jalan pulang?" tanya bayu yang membuatku tertawa terbahak bahak. Bayu memang selalu mengkhawatirkanku kapanpun dan dimanapun aku berada. Dia memang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri.
"Haha ya tau lah" ujarku sembari terbahak bahak
"Dah, makasih ya atas semuanya" ucap bayu. Raut wajahnya berubah menjadi serius.
"Makasih buat apa? Seharusnya kan aku yang berterima kasih" tanyaku penasaran
"Makasih buat semua cinta yang kamu berikan buatku" jawabnya. Sumpah aku terkejut.
"Kamu mau kan jadi pacar aku?" pertanyaannya membuatku ingin meledak ! OMG dia nembak aku?
"Makasih ya buat semuanya juga, aku pamit" ujarku segera meninggalkannya di stasiun sendirian dan belum sempat menjawab pertanyaannya, aku langsung berlari kembali menuju bayu, langsung kupeluk erat tubuhnya.Bayu terkejut dan tak percaya. Aku menangis bahagia ketika mendengar pertanyaannya. Kita saling tidak mempedulikan orang sekitar yang melihat kita. Suara speaker pun berkumandang pertanda bahwa kereta tujuan Yogjakarta – Jakarta telah tiba. Ini saatnya aku berpisah dengan bayu karena aku harus tetap melanjutkan kuliahku di jakarta seperti janjiku pada ayah.
"Aku pamit ya. Aku juga sayang kok sama kamu" ucapku sambil terus memeluknya tanpa ingin beranjak darinya.
Beberapa bulan berlalu. aku dan bayu masih tetap berhubungan satu sama lain via sosmed. Mungkin bahasa gaulnya ialah LDR. Namun setiap bayu libur kerja, dia masih menyempatkan ke jakarta untuk sekedar bertemu denganku, begitu pula denganku. Aku senang dengan kehidupanku sekarang ini. Aku memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dibantu dengan rista yang mengantarku menuju masjid istiqlal untuk bersyahadat. Dan aku juga mulai belajar sholat dan berpuasa. Alasan lainnya mengapa aku memilih untuk memeluk agama islam ialah agar aku bisa terus mendoakan almarhumah ibuku yang sudah tenang di alam sana. Ayah juga sudah mempersilakan aku untuk memilih agama yang kuhendaki dan ikut mendukung bersama bayu dan juga rista.

Apa pertanyaanmu? Rasa? Kopi beda - beda rasanya tapi namanya tetap kopi. Sama seperti indonesia dengan berbagai suku. Jika dirimu merasakan kopi hanya sebatas minuman pembangkit energi, maka itu adalah sebuah kesalahan yang besar karena sesungguhnya kopi lebih dari sekedar minuman.
Seluruh hidupku kini terasa lebih indah berkatmu, kopi.
Based on true story.


TAMAT

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory Diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com

Jumat, 01 Mei 2015

Tips Cerdas Memilih Universitas




Oke, kali ini alba answer mau berbagi tips kepada netizen bagaimana cara memilih universitas yang oke punya deh buat sobat netizen. Mungkin kalian masih bingung mau pilih universitas apa ya supaya cerah masa depannya. CEILEEH. Saran ane sih jangan terburu-buru dulu deh. Keep Calm bahasa gaulnya dan yang paling terpenting nih ya, carilah universitas yang ngepas sama otak.hehehe piss :p

1.   Tentukan kota tujuan
      Oke, ini penting nih. Pilih kota tujuan untuk menimba ilmu. Kebanyakan orang kurang memperhatikan yang satu ini. Karena itu ane mau kasih tau buat para pembaca. Selain suasana kota yang seger. Ada baiknya minta izin dulu sama orang tua agar proses pembelajaran lancar dan uang jajan lancar ya hehehe
2.   Mempertimbangkan kredibilitas
      Latar belakang dan akreditasi universitas, karena kampus yang berkualitas biasanya akan mencetak lulusan yang berkualitas. Sekarang banyak perusahaan yang hanya menerima lulusan dari universitas yang telah terakreditasi A atau B. Karena itu mulai sekarang belajarlah yang rajin ya. Biar hasilnya memuaskan dan dapat meraih cita-cita sobat, oke?
3.   Biaya
      Hmm.. ya mengertilah. kalo mau lanjut kuliah ke oversea tapi uang pas-pasan. mending di dalam negeri aja deh, ntar S2nya aja ke luar negeri sekalian nyari beasiswa. usahakan kalian mencari banyak beasiswa untuk membantu orang tua dan juga memikirkan adik-adik yang asih sekolah pasti memerlukan biaya yang besar. Dan juga ane kasih tau buat para sobat, kalo bisa usaha pakai uang sendiri dengan hasil kerja tentunya agar meringankan beban orang tua

4.   Rajin cari informasi
      Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang universitas yang dituju. Dari internet maupun dari surat kabar. Dan ingat jangan terburu-buru dan jangan lupa pula selalu berdoa kepada tuhan agar diberi jalan yang terbaik kedepannya. Dengan adanya informasi kita jadi lebih siap dan lebih percaya diri atau bahasa gaulnya confident

5.    Berdoa dan minta izin orang tua
        Jangan sampe sobat tidak minta izin orang tua itu juga salah satu hal paling utama dalam menuntut ilmu.
Nah, Inilah informasi yang dapat Alba Answer kasih semoga bermanfaat dan kalian dapat mewujudkan cita-cita masing-masing agar menjadi mahasiswa mahasiswi yang cendekia.
Amiinn